When the neighbour goes mad…

 

 

Saya selalu sedih setiap kali tetangga saya marah-marah histeris. Kata-kata kasar melengking dengan nada amat sangat tinggi membanjir berhamburan berentetan tiada henti seperti seribu peluru senapan ditembakkan dalam sekian detik..

Kadangkala… terdengar pintu terbanting..

Sekali waktu saya pernah melongok ke rumah tetangga itu, yang kebetulan sangat dekat. Hanya berjarak 2 rumah dari rumah di seberang saya.

Yang saya lihat.. seorang anak laki-laki duduk di beranda..menangis sedih sekali. Handuk yang dijemur di jemuran kecil dijadikannya peredam tangisnya. Sementara sang ibu terus melengking-lengking histeris..

Saya ingin sekali memeluk anak itu..  tapi saya gentar hati membayangkan reaksi yang lebih menyeramkan jika saya turut campur.

 

Tuhan… hati saya perih sekali..

Tuhan… adilkah Kau? Ia yang begitu mudahnya Kauberi anak.. demikian ringannya ia melukai jiwa-jiwa bening itu..

Sementara saya yang sangat mendamba anak.. harus berjuang keras.. dan hanya bisa mengelus dada setiap kali ibu itu berteriak-teriak pada anak-anaknya penuh kemarahan..

 

Saya tidak paham darimana ia memperoleh kemarahan itu.

Saya tidak mengerti darimana semua kosa kata penuh kebencian dan amarah itu ia pelajari.

Saya tidak habis mengerti apa yang menyebabkannya histeris hampir setiap waktu.

Saya sungkan untuk turut campur. Seandainya ada layanan telepon darurat semacam 911 di Amerika.. barangkali saya akan mengangkat telepon melaporkan kejadian itu setiap hari.

Bahkan saat naik motor mengantarkan anak-anaknya sekolah…ibu itu masih merepet sepanjang jalan mengomelin anak-anaknya.

 

Saya benar-benar tak mengerti.

Ibu itu yang ramah, penuh senyum dan halus tuturnya pada tetangga… tanpa terduga bisa meledak mengerikan pada darah dagingnya sendiri. Ia benar-benar sakit..

Dan saya… hanya bisa pergi dari rumah menjauh dari lengkingan amarah itu.. atau menyetel TV atau radio keras-keras.

Dan yang lebih memedihkan hati… aduhai… anak-anak itu demikian manis… senyum mereka menggemaskan dengan binar yang lucu.

Si kakak (cowok 8 tahun) dan si adik (cewek, 5 tahun) terlihat akrab. Kadang-kadang mereka bermain sepeda atau otopet di depan rumah saya. Si kakak ini terlihat sangat melindungi adiknya. Saya suka melihat mereka.

Tuhan… saya begitu menginginkan senyum dan binar itu… maukah Kau berbuat sesuatu untuk mereka, Tuhan? Buatlah mereka selalu bahagia.. Please…dengarlah..